A Catholic Online Directory

Martrys of China

Para Martir China

( 87 martir pribumi China dan 33 martir Misionaris Barat )

Martir China

Memorial plaque for the 120 Martyr Saints of China at Saint Francis Xavier Church (Ho Chi Minh City)

Para Martir dari China adalah para pahlawan Kristiani yang gugur demi iman mereka di China dari pertengahan abad ke-17 Masehi hingga tahun 1930. Terdapat 87 umat Katolik berkebangsaan China dan 33 orang misionaris Barat. Banyak dari mereka yang meninggal di tangan para “Pemberontak Boxer” yang membunuh sekitar 30.000 orang; yaitu para orang asing (barat), para misionaris, dan umat Katolik berkebangsaan China. Mereka dinyatakan Kudus oleh Paus Yohanes Paulus II pada 1 Oktober 2000 dan Pesta para martir China ini dirayakan oleh Gereja setiap tanggal 9 Juli.

Abad ke-17 dan 18 Masehi

Pada tanggal 15 Januari 1648, Bangsa Tatar Manchuria menginvasi Fujian. Bangsa Manchu saat itu  sangat membenci agama Kristen. Mereka menangkap lalu membunuh Santo Fransiskus Ferdinand de Capillas (Francisco Fernández de Capillas),  seorang misionaris Dominikan yang berusia 40 tahun. Setelah memenjarakan dan menyiksa beliau, mereka memenggalnya sewaktu Pastor de Capillas sedang mendaraskan Doa Rosario. Tahta Suci Vatican memaklumkan beliau sebagai “protomartir” (martir paling pertama yang meninggal pada suatu negara) di China.

Sesudah gelombang pertama aktivitas misionaris di China saat akhir Dinasti Ming hingga awal Dinasti Qing, pemerintah Qing secara resmi melarang Agama Katolik (demikian pula dengan Protestanisme dikarenakan hubungannya dengan Katolik) pada tahun 1724, dan menggolongkannya sebagai 'sekte-sekte jahat dan doktrin-doktrin mengancam' dalam agama tradisional China.

Namun agama Katolik masih terus bertahan dan berkembang di wilayah-wilayah yang berada di luar kontrol pemerintah (terutama Sichuan), dan banyak umat Kristen berkebangsaan China yang melarikan diri ke kota-kota pelabuhan di Guangdong atau terus menuju wilayah asia tenggara seperti ke Indonesia. Justru banyak karya terjemahan Kristen yang dihasilkan pada periode ini, dan juga banyak misionaris pemberani secara sembunyi-sembunyi berkarya memasuki wilayah terlarang. Mereka menghindari kapal-kapal patroli China di sungai-sungai dan wilayah pantai, meskipun beberapa tertangkap dan dihukum mati.

Menuju pertengahan abad ke-18, lima misionaris Dominikan dari Spanyol yang berkarya antara tahun 1715 - 1747, dihukum mati sebagai dampak dilakukannya gelombang baru pemeriksaan yang dimulai pada 1729 dan kembali muncul pada 1746. Peristiwa tersebut terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Yongzheng dan putranya, Kaisar Qianlong.  Lima Martir Kristus ini adalah :

  1. Santo Peter Sanz, O.P., Uskup, menjadi martir pada tanggal 26 Mei 1747, di Fuzhou.

Keempat martir di bawah ini dibunuh pada tanggal 28 October 1748:

  1. Santo Francisco Serrano Frías, O.P., Vikaris Apostolik dan Uskup
  2. Santo Joachim Royo, O.P., Imam Dominikan
  3. Santo John Alcober, O.P., Imam Dominikan
  4. Santo Francis Diaz, O.P., Imam Dominikan

 

Kemartiran di awal Abad ke-19

Meskipun agama Katolik telah diakui oleh beberapa kaisar pada abad-abad sebelumnya, Kaisar Jiaqing (1796-1821) malah mengeluarkan beberapa dekrit yang menentang keberadaan Gereja di China. Dekrit pertama dikeluarkan pada 1805. Dua dekrit tahun 1811 ditujukan pada warga China yang belajar imamat untuk ditahbiskan, dan para Pastor yang menyebarkan agama Kristen. Dekrit tahun 1813 menyatakan pengampunan kepada semua umat Kristen yang secara spontan menyatakan bahwa mereka akan meninggalkan iman Katholik mereka, tetapi akan menghukum semua yang menolak untuk meninggalkan iman mereka.

Berikut ini adalah para martir yang terbunuh selama periode tersebut.

  1. Santo Peter Wu
    seorang katekis awam China. Lahir pada sebuah keluarga yang menganut agama asli, menerima pembaptisan pada tahun 1796 dan menjadi seorang penyiar yang aktif hingga akhir hidupnya. Segala upaya untuk membuat dirinya meninggalkan agamanya (Katolik) tidak berhasil, sampai akhirnya ia ditangkap pada tanggal 7 November 1814.
  2. Santo Joseph Zhang Dapeng
    seorang katekis awam dan seorang pedagang. Dibaptis tahun 1800 kemudian menjadi penggerak utama dalam misi di Kota Kony-Yang. Ia dipenjara kemudian dihukum mati pada tanggal 2 Maret 1815.

Pada tahun yang sama, terdapat dua dekrit yang memberi kekuasaan bagi Raja Muda di Sichuan untuk memenggal Uskup Dufresse, MEP (dari Paris Foreign Missions Society), dan beberapa warga China Kristen. Akibatnya terjadilah pemeriksaan (dan pembunuhan) yang semakin parah. Para martir yang terbunuh pada masa ini adalah:

  1. Santo Gabriel-Taurin Dufresse, MEP,
    Uskup. Ditangkap tanggal 8 Mei 1815, dibawa ke Chengdu, divonis dan dieksekusi pada tanggal 14 September 1815.
  2. Santo Augustine Zhao Rong
    seorang Imam praja berkebangsaan China. Awalnya adalah seorang prajurit yang mengawal Monsignor Dufresse dari Chengdu ke Beijing. Ia terkesan akan kesabarannya kemudian memohon untuk menjadi katekumen. Setelah dibaptis, ia dikirim ke seminari dan menjadi pastor. Ia sendiri kemudian ditangkap dan disiksa hingga meninggal.
  3. Santo John da Triora, O.F.M.
    Imam. Dipenjara bersama dengan yang lain pada musim panas tahun 1815, ia kemudian divonis mati dan dieksekusi pada tanggal 7 Februari 1816.
  4. Santo Joseph Yuan
    seorang imam praja berkebangsaan China. Setelah mendengar kotbah Monsignor Dufresse, ia terkesan dan memutuskan menjadi katekumen. Ia kemudian menjadi Pastor dan berkotbah di berbagai wilayah. Ia ditangkap pada bulan Agustus 1816, divonis dicekik sampai mati, dan eksekusinya berlangsung pada tanggal 24 Juni 1817.
  5. Santo Paul Liu Hanzuo
    Seorang imam praja berkebangsaan China, dibunuh tahun 1819.
  6. Santo Francis Regis Clet dari Kongregasi Misi (Vincentian).
    Setelah memperoleh izin untuk pergi ke China, ia pergi pada tahun 1791. Setelahnya, selama 30 tahun ia menjalani hidup sebagai misionaris yang penuh pengorbanan. Ia berkotbah di tiga provinsi besar Kekaisaran China, yaitu Jiangxi, Hubei, dan Hunan. Namun seorang umat Kristen mengkhianatinya sehingga ia ditangkap, disiksa, dan atas vonis kaisar ia dicekik sampai mati pada tanggal 17 Februari 1820.
  7. Santo Thaddeus Liu,
    Seorang imam keuskupan berkebangsaan China. Ia menolak mangkir dari imannya, berkata bahwa ia adalah seorang pastor dan ingin setia pada agama yang selama ini ia sebarkan. Ia dicekik sampai mati pada tanggal 30 November 1823.
  8. Santo Peter Liu,
    seorang katekis awam berkebangsaan China. Ia ditangkap tahun 1814 dan divonis pembuangan ke Tartar, ia tinggal di sana hampir 20 tahun. Setelah kembali ke tanah airnya, ia kembali ditangkap dan dicekik sampai mati tanggal 17 Mei 1834.
  9. Santo Yohanes Gabriel Perboyre, CM.
  10. Santo Joachim Ho,
    seorang katekis awam berkebangsaan China. Ia dibaptis saat umur sekitar 20 tahun. Saat pemeriksaan besar-besaran di tahun 1814, ia ditangkap bersama banyak umat yang lain dan disiksa. Ia dibuang ke Tartar, tinggal selama hampir 20 tahun, kembali ke tanah airnya dan kembali ditangkap. Setelah menolak untuk mengingkari imannya, ia divonis mati oleh kaisar dengan cara dicekik pada tanggal 9 Juli 1839.
  11. Santo Auguste Chapdelaine, MEP
    Seorang imam dari Diocese of Coutances (Gereja Katolik di Perancis). ia memasuki seminari Paris Foreign Missions Society dan berangkat ke China di tahun 1852. Ia tiba di Guangxi pada akhir tahun 1854, ditangkap tahun 1856, disiksa, divonis mati dalam penjara, dan meninggal pada bulan Februari 1856.
  12. Santo Laurence Bai Xiaoman,
    Seorang umat awam dan pekerja yang sederhana. Ia bergabung dengan Blessed Chapdelaine dalam tempat perlindungan yang diperuntukkan untuk misionaris kemudian keduanya ditangkap bersama. Ia tidak bisa dibujuk untuk mengingkari imannya sehingga akhirnya dipenggal pada tanggal 25 Februari 1856.
  13. Santa Agnes Cao Guiying,
    Seorang janda yang terlahir dalam keluarga Kristen lama. Berdedikasi pada kelompok gadis-gadis muda yang baru saja dibaptis, ia ditangkap dan divonis mati dalam penjara. Ia dieksekusi pada tanggal 1 Maret 1856.

 

Para Martir dari MaoKou dan Guizhou

Tiga orang katekis, dikenal sebagai Para Martir dari MaoKao (pada Provinsi Guizhou), dibunuh pada tanggal 28 Januari 1858 oleh perintah Mandarin (pejabat pemerintah) MaoKao:

  1. Santo Jerome Lu Tingmei
  2. Santo Laurence Wang Bing
  3. Santa Agatha Lin Zao

Ketiganya telah dipanggil dan dipaksa meninggalkan agamanya. Setelah menolak, ketiganya dipenggal.

Di Guizhou, dua seminaris dan dua umat awam (seorang petani dan seorang janda yang bekerja sebagai koki di seminari), menjadi martir pada tanggal 29 Juli 1861. Mereka dikenal sebagai Para Martir dari Qingyanzhen (Guizhou):

  1. Santo Joseph Zhang Wenlan, seminarian
  2. Santo Paul Chen Changpin, seminarian
  3. Santo John Baptist Luo Tingyin, umat awam
  4. Santa Martha Wang Luo Mande, umat awam

Pada tahun berikutnya, pada tanggal 18 dan 19 Februari 1862, lima orang menjadi martir dan dikenal sebagai Para Martir dari Guizhou.

  1. Santo Jean-Pierre Néel (John Peter Néel), MEP seorang pastor dari Paris Foreign Missions Society,
  2. Santo Martin Wu Xuesheng, katekis awam,
  3. Santo John Zhang Tianshen, katekis awam,
  4. Santo John Chen Xianheng, katekis awam,
  5. Santa Lucy Yi Zhenmei, katekis awam.

 

Perkembangan sosial dan politik di China pada Abad ke-19

Selama masa ini, beberapa kejadian politik sangat mempengaruhi kehidupan umat Kristen di China.

Bulan Juni 1840, komisaris kerajaan di Guangdong berkeinginan menghapuskan perdagangan opium yang dilakukan oleh Inggris; ia menyuruh membuang sebanyak 20.000 peti peti candu ke laut. Hal tersebut memicu perang yang dimenangkan oleh Inggris. Setelah perang berakhir, China terpaksan menandatangani perjanjian modern pertama mereka di tahun 1842, diikuti perjanjian oleh Perancis dan Amerika Serikat. Perancis mengambil kesempatan untuk mengambil alih Portugis sebagai kekuatan pelindung para misionaris di China. Dua dekrit dikeluarkan: dekrit pertama di tahun 1844 menyatakan bahwa masyarakat China diizinkan memeluk agama Katolik; dekrit kedua di tahun 1846 yang menghapuskan keputusan kuno tentang Katolik dan mengembalikan properti yang diambil alih di tahun 1724.[4] Perjanjian tahun 1844 juga menyebutkan bahwa para misionaris diperbolehkan untuk datang ke China, tetapi hanya pada beberapa kota pelabuhan yang dibuka untuk bangsa Eropa; ketentuan inilah yang menjadi dasar hukum untuk mengeksekusi Augustus Chapdelaine (disebutkan di atas).

Pada pertengahan abad ke-19 terjadi perang saudara di China yang dikenal sebagai Pemberontakan Taiping, yang dipicu oleh seorang umat Kristen sesat dari Guangdong yang bernama Hong Xiuqian. Ia mengklaim bahwa ia menerima misi khusus dari Tuhan untuk memerangi kejahatan dan menjadi gerbang bagi periode perdamaian. Hong dan para pengikutnya sukses mengambil alih wilayah yang luas, mereka menghancurkan kuil-kuil Buddhis dan Taois, serta melawan agama tradisional masyarakat. Perang tersebut kira-kira menelan 20-30 juta korban jiwa sehingga menjadikannya konflik paling berdarah kedua dalam sejarah manusia (setelah Perang Dunia II). Setelah pemberontakan dihancurkan, kerusakan yang ditinggalkan menyebabkan kekristenan memperoleh nama buruk karena asosiasinya dengan pemberontakan. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu kekerasan terhadap para misionaris.

Hal lain yang memicu adalah meningkatnya hubungan antara aktivitas misionaris dengan imperialisme barat, termasuk aktivitas imperialis Perancis di China yang mengatasnamakan perlindungan mereka atas misi para misionaris.

Setelah kemartiran St.Agustinus Chapedelaine (disebutkan di atas pada tahun 1856, Perancis merespon dengan mengirimkan sebuah ekspedisi militer. Ekspedisi tersebut berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian Tianjin pada tahun 1860 yang memberikan kebebasan kepada para misionaris Katolik untuk mengelilingi China serta membeli tanah (hak tersebut juga diberikan kepada umat Protestan). Setelah itu, Gereja dapat hidup secara terbuka dan melaksanakan aktivitas misionarisnya, bahkan membuka sekolah-sekolah tinggi, universitas, dan penelitian ilmiah. Gereja semakin berakar dalam tradisi budaya China serta dalam hubungannya dengan pemerintah, terutama juga karena berbagai aktivitas kemanusiaan mereka yang bernilai tinggi.

Namun, para misionaris memprovokasi masyarakat China dengan membangun gereja-gereja atau sekolah di atas bekas kuil-kuil kuno atau di dekat kantor pemerintahan. Mereka juga menghapuskan institusi katolik pribumi yang selamat dari pelarangan pemerintah. Terkadang dalam kotbah juga ditegaskan bahwa mereka akan dilindungi dari masyarakat sekitar (yaitu dari tekanan dan kemarahan keluarga serta teman), dan bagaimana cara mereka melakukan pemisahan menyebabkan timbulnya rumor-rumor buruk diantara masyarakat setempat mengenai apa yang sebenarnya dilakukan umat Kristen. Rumor semacam itu juga menimpa sebuah rumah yatim piatu di Tianjin yang mengakibatkan pembunuhan 60 orang pada tahun 1870. Namun kolonialis Barat justru memanfaatkan tindakan pengrusakan dan pembunuhan tersebut (yang dilakukan oleh gerombolan maupun dinas rahasia) sebagai dalih untuk memeras keuntungan finansial dan ekonomi.

Aliran-aliran Protestan yang lebih tertutup diperlakukan dengan lebih baik oleh pihak-pihak yang berwenang.

Para kaum terpelajar serta keluarga terhormat di China, dalam gerakan bahwa tanah, menyebarkan pamflet yang menyerang iman Kristen sebagai pemahaman yang tidak rasional. Surat-surat edaran untuk pembakaran properti juga disebarkan ke kerumunan penduduk dan diperkirakan sebagai pemicu kekerasan terhadap umat Kristen. Bahkan terkadang tidak diperlukan edaran semacam itu untuk memprovokasi masyarakat menyerang umat Kristen. Misalnya peristiwa pada masyarakat Hakka yang tinggal di wilayah tenggara, para misionaris Kristen seringkali mencemooh kebiasaan penduduk yang berhubungan dengan agama setempat, termasuk diantaranya menolak mengambil bagian dalam sembahyang bersama untuk memohon hujan (karena para misonaris juga diuntungkan oleh hujan, mereka dipaksa juga untuk memngambil bagian dalam ritual) serta menolak menyumbangkan dana untuk mengadakan pementasan opera bagi para dewata China (para dewa yang dihormati dalam opera tersebut adalah dewa-dewa yang sama dengan yang dipuja para "Pemberontak Boxer" dalam pemberontakan yang terjadi berikutnya).

Misi Katolik menawarkan perlindungan kepada siapapun yang datang kepada mereka, termasuk para kriminal, pelanggar hukum, dan pemberontak terhadap pemerintah; hal tersebut meningkatkan kebencian pemerintah terhadap misi pengembangan agama.

 

Pemberontakan Boxer

Masa berkembangannya kekristenan di China sekali lagi mengalami hambatan oleh munculnya "Serikat Pendekar Keadilan dan Harmoni" (I Ho Ch'uan) yang lebih dikenal sebagai "Pendekar" atau Boxer. Gerakan Boxer muncul pada awal abad ke-20, didukung oleh para mandarin (pejabat kekaisaran) dan ibu Kaisar Kwang-hsue dan menyebabkan pertumpahan darah begitu banyak umat kristen.  Llima uskup, 28 imam praja dan biarawan, dua bruder, sembilan suster, dan 30.000 umat awam. Diantara mereka banyak yang dinyatakan kudus. Pemberontakan ini dipicu oleh kebencian yang menumpuk kepada para orang asing selama dekade terakhir abad ke-19, akibat perubahan politik serta sosial pasca Perang Candu dan perjanjian-perjanjian tidak adil yang menguntungkan bangsa barat.

Namun, motif yang melatari pembunuhan para misonaris sangat berbeda, meskipun mereka juga berkebangsaan barat. Motif yang melatari adalah motif keagamaan; yang juga melatari pembunuhan terhadap umat awam berkebangsaan China. Dokumen sejarah yang bisa dipercaya menunjukkan bukti adanya kebencian terhadap umat Kristen. Sebuah dekrit dikeluarkan pada tanggal 1 Juli 1900 yang menyatakan bahwa era hubungan baik dengan para misionaris Eropa dan umat kristen telah berakhir: bahwa para misionaris harus dipulangkan saat itu juga dan umat Katolik dipaksa untuk ingkar, atau akan dibunuh. Beberapa kelompok kejadian pembunuhan yang terjadi ditunjukkan seperti di bawah ini.

a) Para Martir Shanxi, dibunuh tanggal 9 Juli 1900 (dikenal sebagai Pembantaian Taiyuan), merupakan para missionaris Fransiskan :

  1. Santo Gregory Grassi, Uskup,
  2. Santo Francis Fogolla, Uskup,
  3. Santo Elias Facchini, Imam,
  4. Santo Theodoric Balat, Imam,
  5. Santo Andrew Bauer, Bruder;

 

b) Para Martir di Hunan Selatan, juga merupakan misionaris Fransiskan :

  1. Santo Anthony Fantosati, Uskup (menjadi martir 7 Juli 1900),
  2. Santo Joseph Mary Gambaro, Imam (menjadi martir 7 Juli 1900),
  3. Santo Cesidio Giacomantonio, Imam (menjadi martir 4 Juli 1900).

Selain itu terdapat juga tujuh suster Franciscan Missionaries of Mary (tiga berkebangsaan Perancis, dua Italia, satu Belgia, dan satu Belanda):

  1. Santa Mary Hermina of Jesus (in saec: Irma Grivot),
  2. Santa Mary of Peace (in saec: Mary Ann Giuliani),
  3. Santa Mary Clare (in saec: Clelia Nanetti),
  4. Santa Mary of the Holy Birth (in saec: Joan Mary Kerguin),
  5. Santa Mary of Saint Justus (in saec: Ann Moreau),
  6. Santa Mary Adolfine (in saec: Ann Dierk),
  7. Santa Amandina of Schakkebroek (Mary Amandina) (in saec: Paula Jeuris).

 

Para martir Sekular (awam) dari Ordo Franciscan, semua berkebangsaan China:

  1. Santo John Zhang Huan, seminarian,
  2. Santo Patrick Dong Bodi, seminarian,
  3. Santo John Wang Rui, seminarian,
  4. Santo Philip Zhang Zhihe, seminarian,
  5. Santo John Zhang Jingguang, seminarian,
  6. Santo Thomas Shen Jihe, umat awam dan pelayan,
  7. Santo Simon Qin Chunfu, katekis awam,
  8. Santo Peter Wu Anbang, awam,
  9. Santo Francis Zhang Rong, awam dan seorang petani,
  10. Santo Matthew Feng De, awam dan seorang katekumen,
  11. Santo Peter Zhang Banniu, awam dan seorang karyawan.

 

Berikut ini adalah para martir dari kalangan umat awam :

  1. Santo James Yan Guodong, petani,
  2. Santo James Zhao Quanxin, pelayan,
  3. Santo Peter Wang Erman, koki.

Gerakan Boxer dimulai di Shandong dan menyebar ke Shanxi dan Hunan, menuju Tcheli Tenggara (sekarang Hebei). Di Tcheli terdapat Apostolic Vicariate of Xianxian, dibawah naungan Ordo Jesuit, umat kristen yang terbunuh mencapai ribuan. Diantaranya adalah empat misionaris Yesuit berkebangsaan Perancis dan setidaknya 52 umat awam kristen pribumi; pria, wanita, dan anak-anak – yang tertua berusia 79 tahun dan termuda sembilan tahun. Semuanya menjadi martir pada bulan Juli 1900; sebagian terbunuh di dalam gereja di Desa Tchou-Kia-ho (atau Zhujiahe) yang menjadi tempat perlindungan. Saat itu mereka sedang berdoa bersama dua misionaris pertama pada daftar di bawah ini:

  1. Santo Leo Mangin, S.J., Imam,
  2. Santo Paul Denn, S.J., Imam,
  3. Santo Rémy Isoré, S.J., Imam,
  4. Santo Modeste Andlauer, S.J., Imam.

 

Nama-nama beserta usia para umat awam kristen yang menjadi martir adalah sebagai berikut:

  1. Santa Mary Zhu born Wu, sekitar 50 tahun,
  2. Santo Peter Zhu Rixin, 19 tahun,
  3. Santo John Baptist Zhu Wurui, 17 tahun,
  4. Santa Mary Fu Guilin, 37 tahun,
  5. Santa Barbara Cui born Lian, 51 tahun,
  6. Santo Joseph Ma Taishun, 60 tahun,
  7. Santa Lucy Wang Cheng, 18 tahun,
  8. Santa Maria Fan Kun, 16 tahun,
  9. Santa Mary Qi Yu, 15 tahun,
  10. Santa Maria Zheng Xu, 11 tahun,
  11. Santa Mary Du born Zhao, 51 tahun,
  12. Santa Magdalene Du Fengju, 19 tahun,
  13. Santa Mary du born Tian, 42 tahun,
  14. Santo Paul Wu Anju, 62 tahun,
  15. Santo Ioannes Baptista Wu Mantang, 17 tahun,
  16. Santo Paul Wu Wanshu, 16 tahun,
  17. Santo Raymond Li Quanzhen, 59 tahun,
  18. Santo Peter Li Quanhui, 63 tahun,
  19. Santo Peter Zhao Mingzhen, 61 tahun,
  20. Santo John Baptist Zhao Mingxi, 56 tahun,
  21. Santa Teresa Chen Jinjie, 25 tahun,
  22. Santa Rose Chen Aijie, 22 tahun,
  23. Santo Peter Wang Zuolong, 58 tahun,
  24. Santa Mary Guo born Li, 65 tahun,
  25. Santa Joan Wu Wenyin, 50 tahun,
  26. Saint Zhang Huailu, 57 tahun,
  27. Santo Mark Ji Tianxiang, 66 tahun,
  28. Santa Ann An born Xin, 72 tahun,
  29. Santa Mary An born Guo, 64 tahun,
  30. Santa Ann An born Jiao, 26 tahun,
  31. Santa Mary An Linghua, 29 tahun,
  32. Santo Paul Liu Jinde, 79 tahun,
  33. Santo Joseph Wang Kuiju, 37 tahun,
  34. Santo John Wang Kuixin, 25 tahun,
  35. Santa Teresa Zhang born He, 36 tahun,
  36. Saint Lang born Yang, 29 tahun,
  37. Santo Paulus Lang Fu, 9 tahun,
  38. Santa Elizabeth Qin born Bian, 54 tahun,
  39. Santo Simon Qin Chunfu, 14 tahun,
  40. Santo Peter Liu Ziyu, 57 tahun,
  41. Santa Anna Wang, 14 tahun,
  42. Santo Joseph Wang Yumei, 68 tahun,
  43. Santa Lucy Wang born Wang, 31 tahun,
  44. Santo Andreas Wang Tianqing, 9 tahun,
  45. Santa Mary Wang born Li, 49 tahun,
  46. Saint Chi Zhuzi, 18 tahun,
  47. Santa Mary Zhao born Guo, 60 tahun,
  48. Santa Rose Zhao, 22 tahun,
  49. Santa Maria Zhao, 17 tahun,
  50. Santo Joseph Yuan Gengyin, 47 tahun,
  51. Santo Paul Ge Tingzhu, 61 tahun,
  52. Santa Rose Fan Hui, 45 tahun.

Selain para korban pemberontakan Boxer tersebut, juga terdapat :

  1. Santo Alberic Crescitelli', seorang imam dari Pontifical Institute for Foreign Missions di Milan yang ditugaskan pada wilayah Shaanxi Selatan. Menjadi martir tanggal 21 Juli 1900.

Beberapa tahun kemudian, dua martir dari Komunitas Salesian Don Bosco ditambahkan dalam daftar nama martir di China. Keduanya terbunuh tanggal 25 Februari 1930 di Li-Thau-Tseul.

  1. Santo Louis Versiglia, Uskup,
  2. Santo Callistus Caravario, Imam.

 

Diplomat, penduduk, tentara asing, serta beberapa Tionghoa Kristen melarikan diri ke Legation Quarter dan tinggal selama 55 hari hingga Aliansi Delapan Negara datang dengan 20.000 tentara untuk memadamkan pemberontakan. Setelah kegagalan pemberontakan, pemerintah China menyadari bahwa tidak ada jalan lain kecuali melakukan modernisasi, yang akhirnya mengembangkan agama Katolik di China pada tahun-tahun berikutnya. Masyarakat China mulai menaruh hormat kepada para Kristen karena pembangunan sekolah-sekolah serta rumah sakit. Namun, pengasosiasian imperialisme barat dengan usaha misionaris tetap memicu kebencian terhadap misi kekristenan di China.

Semua misi tersebut akhirnya dilarang oleh penguasa komunis yang baru setelah berakhirnya perang Korea di tahun 1950. Hingga saat ini kehidupan misi dan umat Kristiani di China dapat tetap bertahan meskipun dianggap melanggar hukum.

Anna Wang

Santa Anna Wang

Salah seorang dari para Martir China

22 Juli 28 September (sebagai salah seorang dari para Martir China)

Hits : 11330
Santo Chi Zhuse

Santo Chi Zhuse

Salah satu dari Para Martir China

20 Juli dan 28 September (pesta Para Martir China)

Hits : 13758
Saint Yohanes Gabriel Perboyre
".....pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku ... " (Mat 28:19)

11 September

Hits : 14652
Zhang Huailu

Santo Zhang Huailu

Salah seorang dari para Martir China

1 Juli dan 9 Juli (pesta Para Martir China)

Hits : 9697

Pilih Topik

Login

or