Pal Prennushi lahir di Shkoder Albania pada tanggal 2 Oktober 1881. Ia menjalani pendidikan di sekolah misi yang dikelola oleh para biarawan Fransiskan di kotanya. Pola hidup kudus yang dipraktekkan para biarawan pendidiknya memberi kesan yang mendalam bagi remaja ini. Setelah tamat sekolah menengah, Prennushi mengikuti jejak mereka menjadi seorang Fransiskan. Nama biaranya : Bruder Mattia (Matias).
Untuk dapat menjadi seorang imam, Bruder Mattia dikirim ke Austria untuk belajar Teologi di Fakultas Teologi Katolik Universitas Graz Austria. Pendidikannya selesai pada tahun 1904 dan ia pun ditahbiskan menjadi imam. Ditahun itu juga imam muda ini kembali ke Albania.
Di tanah kelahirannya, pater Mattia Prennushi berkarya melayani umat di wilayah pegunungan sebelah utara Albania. Umat segera jatuh hati pada gembala iman yang sederhana, rendah hati dan penuh semangat. Diwilayah terpencil ini Pater Prennushi akan selalu dikenang atas upayanya memberantas budaya Gjakmarrja (Tradisi balas dendam berdarah antar keluarga di Albania Utara, mirip Tradisi Vendetta di Italia).
Menjelang Perang Balkan I, pada tahun 1911, pater Prennushi ditangkap oleh Tentara Serbia. Ia dijatuhi hukuman mati karena turut aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Albania. Prennushi baru berhasil dibebaskan setelah upaya negosiasi dari Pater Gjergj Fishta, seorang Fransiskan berkebangsaan Albania yang disegani pihak Serbia.
Setelah perang Balkan berakhir, Pal Prennushi berkarya sebagai pelayan umat di distrik Malësi e Madhe.
Pada tahun 1928 penduduk Malësi e Madhe bangkit melawan Ahmet Zogu, Perdana Menteri Albania yang memproklamirkan berdirinya Kerajaan Albania dan menyatakan dirinya sebagai Raja Albania dengan nama Zog I. Dimasa ini pater Pal Prennushi pernah ditangkap tentara kerajaan karena dituduh menghasut pemberontakan. Ia berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah dan akhirnya dibebaskan.
Pada bulan September 1946, Pater Prennushi, yang saat itu menjabat sebagai Provincial Ordo Fransiskan di Albania, ditangkap pemerintah Komunis Albania atas tuduhan menjadi mata-mata. Ia dijebloskan dalam penjara dan selama berbulan-bulan harus menjalani berbagai penyiksaan yang mengerikan. Ia ditahan selama hampir dua tahun karena para komunis berharap dapat membuat Provincial Fransiskan ini bekerja-sama dan menjadi kaki-tangan mereka. Namun setelah berbagai metode penyiksaan yang diterapkan pada biarawan fransiskan ini tidak kunjung menggoyahkan kegigihannya, mereka lalu memutuskan untuk melenyapkannya.
Ia dieksekusi dengan ditembak mati pada tanggal 11 Maret 1948. Turut dieksekusi bersamanya; Uskup Mirdita: Beato Frano Gijini, Beato Siprianus Nika, empat belas imam lain yang tidak diketahui namanya, dan beberapa umat awam.
Pal Mattia Prennushi di beatifikasi bersama 38 Martir Albania oleh Paus Fransiskus pada tanggal 5 November 2016. Ia diperingati dalam kalender Liturgi pada setiap tanggal 11 Maret dan pada Hari Pesta bersama Para Martir Albania setiap tanggal 5 November.